BAB I
PENDAHULUAN
Didalam suatu perusahan
pasti terdapat bagian bagian perusahaan, bagian bagian ini dibeddakan dengan
devisi. Semakin banyaknya devisi didalam perusahaan,maka semakin besar
prosentasi terdapat kecurangan,baik didalam devisi itu sendiri atau dengan
devisi lain bahkan antar perusahaan. Secara umum kita mengetahui bahwa “Management is responsible for establishing,
maintaining and monitoring a well-balanced control environment in the
Corporation".
Mungkin banyak diantara
kita sudah mengetahui bahwa pada Februari 1997, ASB (Auditing Standards Board) mengeluarkan Statement on Auditing Standards (SAS) Nomor 82 yang berjudul Consideration of Fraud in a Financial
Statement Audit. guna mengklarifikasi tanggung jawab auditor dalam
mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud)
yang terjadi dalam laporan keuangan. Kongkritnya tampak pada kalimat berikut
ini: Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Kata kuncinya adalah
keyakinan memadai. Tingkat keyakinan ini jelas subjektif sifatnya namun apakah
yang dimaksud dengan Fraud itu pada
tingkat minimal tertentu haruslah merupakan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah
sedikit gambaran tentang Fraud. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan
yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak
yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan.
Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan
atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran
(diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI AUDIT KECURANGAN
Sebenarnya
istilah kecurangan sering kita dengar sehari hari, jadi kecurangan tidak asing
bagi kita, akan tetapi disini kecurangan didefinisikan dengan masalah audit
dalam perusahaan,yaitu antara lain adalah :
Fraud
auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit
kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan,
yaitu sebagai auditor yang terlatih
dan kriminal investigator.
Sebelum
kita bahas lebih lanjut ada baiknya kita bahas dulu mengenai kecurangan itu
sendiri. Kecurangan (Fraud) perlu
dibedakan dengan kesalahan (Errors).
Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes” (kesalahan
yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam
pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari
ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil
laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau
dalam aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau
kesalahan karena penghilangan / kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi
fakta. “ Commission ” merupakan
kesalahan prinsip (error of principle),
seperti perlakuan pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan “
Omission ” berarti bahwa suatu item
tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar.
Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka
kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraudulent).
Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan penyajian keuangan yang disengaja atas
informasi keuangan.
2.
PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN
Penyebab
Terjadinya Kecurangan J.S.R. Venables dan KW Impley dalam buku “Internal Audit” (1988, hal 424)
mengemukakan kecurangan terjadi karena :
Penyebab Utama
a.
Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai
kemungkinan dari deteksi dan hukuman sebagai akibatnya.
b.
Kesempatan/Peluang
(Opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tpat, waktu
yang tepat agar mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan
juga menghindari deteksi.
c.
Motivasi (Motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas
demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator
yang lain.
d.
Daya tarik (Attraction)
Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu
menarik bagi pelaku.
e.
Keberhasilan (Success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat
diukur baik menghindari penuntutan atau deteksi.
Penyebab Sekunder
a.
“A Perk”
Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva
organisasi dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan.
b.
Hubungan antar
pemberi kerja/pekerja yang jelek
Yaitu saling kepercayaan dan penghargaan telah
gagal. Pelaku dapat mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya menjadi
kewajibannya.
c.
Pembalasan
dendam (Revenge)
Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat
mengakibatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
d.
Tantangan (Challenge)
Karyawan
yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi dengan
berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense of achievement), atau pembebasan
frustasi (relief of frustation).
Sedangkan faktor lain
atau sebagai tambahan, dapat pula terjadi karena ada gejala-gejala dari pihak
manajemen atau karyawan, antara lain:
A. Gejala Kecurangan
Manajemen
·
Departemen
akuntansi kekurangan staff.
·
Tingkat komplain
yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok atau
badan otoritas.
·
Kekurangan kas
secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
·
Penjualan/laba
menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningka
·
Perusahaan
mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
·
Terdapat
kelebihan persediaan yang signifikan
·
Terdapat
peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
B. Gejala Kecurangan
Karyawan
·
Pembuatan ayat
jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan
pendukung
·
Pengeluaran
tanpa dokumen pendukung
·
Pencatatan yang
salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
·
Penghancuran,
penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
·
Kekurangan
barang yang diterima
·
Kemahalan harga
barang yang dibeli
·
Faktur ganda dan
penggantian mutu barang
3.
TANDA PERINGATAN KECURANGAN
Meskipun
pada suatu kesempatan pemeriksa intern melakukan penugaan langsung dalam
penyelidikan kecurangan yang dicurigai atau aktual, bagian yang lebih besar
dari usahanya yang berorientasi kecurangan merupakan suatu bagian yang integral
dari penugasan audit yang lebih luas. Usaha yng berorientasi pada kecurangan
ini dapat dalam bentuk prosedur khusus, termasuk dalam program audit yang lebih
luas. Usaha yang berorientasi kecurangan tersebut dapat termasuk seluruh dari
kesiapsiagaan umum dari pemeriksa intern ketika ia melaksanakan seluruh bagian
dari penugasan audit ini. Kesiapsiagaan ini termasuk berbagai area, kondisi dan
pengembangan yang memberikan tanda-tanda peringatan
4.
AREA YANG SENSITIF
Ada
6 bidang yang beresiko tinggi terkena fraud
1.
Purchasing and
Payroll
Fraud dalam purchasing
biasanya dilakukan dengan cara:
W
”Kickback” atau suap diberikan kepada
pihak yang mengurus pembelian sebagai imbalan atas diberikannya kontrak kepada
supplier.
W
“Invoice palsu” yang dibuat sendiri oleh
pihak yang mengurus pembelian, kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.
W
“Manipulasi data
supplier” misalnya nomor rekening
pembayaran ke supplier diubah ke rekening orang lain. Sementara fraud dalam
payroll misalnya jam overtime yang berlebih.
2.
Sales and
inventory
Fraud
dalam jenis ini misalnya:
W
Pencurian
inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
W
Transaksi
penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya dan uang
yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke kantong pribadi
W
Mengurangi atau
menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang sudah dijual secara kredit
W
Mencatat
transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan
penjualan
W
Memberikan
diskon berlebihan kepada konsumen (biasanya dengan imbalan kickback’)
3.
Cash and check
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena nature-nya yang kelihatan secara fisik dan relatif lebih mudah
dipindahtangankan dibandingkan aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan dalam
proses bank reconciliation dan tidak ada segregation of duties.
4.
Physical
security
Kelemahan
dalam physical security dapat menimbulkan asset misapropriation.
5.
Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) dan Kerahasiaan Iinformasi
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan
pencurian informasi penting milik perusahaan.
6.
Information
Technology
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming,
domain name hijacking, server takeovers, denial of service, internet money
laundering, electronic eavesdropping, electronic vandalism and terrorrism.
Pemeriksa
intern harus menyadari iklim organisasi secara menyeluruh dan potensial untuk
kecurangan. Khusunya harus waspada pada area yang sensitif untuk ditelaah lebih
dalam. Beberapa contoh berikut mengungkap ketidakberesan:
1.
Modal kerja yang
tidak cukup.
Hal
ini dapat menunjukkan masalah seperti ekspansi yang berlebihan, penurunan
pendapatan, transfer atau pemindahan dana ke perusahaan yang lain, kredit yang
tidak memadai, dan pengeluaran yang berlebihan. Pemeriksa intern berhati-hati
terhadap pengalihan dana ke penggunaan pribadi melalui metode-metode seperti
penjualan yang tidak tercatat dan pengeluaran yang fiktif.
2.
Perputaran yang
cepat dalam posisi keuangan.
Kehilangan
personil akuntansi dan keuangan dan yang penting dapat menandai kinerja yang
tidak memadai dan mengakibatkan kelemahan dalam pengendalian intern.
Akuntabilitas untuk dana dan sumber daya yang lain harus ditetapkan ketika
pemberhentian kerja.
3.
Penggunaan
procuremen pemasokan sendiri (sole-source
procurement).
Praktik-praktik
procuremen yang baik mendorong kompetisi untuk memastikan bahwa organisasi
memperoleh material atau peralatan yang diperlukan dengan harga yang paling
baik. Procuremen pemasokan sendiri, apabila tidak cukup dijustifikasi
menunjukkan favoritisme atau pembayaran kembali (kickbacks) yang potensial.
4.
Biaya perjalanan
yang berlebihan.
Dalam
menelaah perjalanan, auditor perlu berhati-hati untuk perjalanan yang tidak
diotorisasi atau pribadi, dan perjalanan atau biaya-biaya lain yang tidak
disokong.
5.
Pemindahan dana
antara perusahaan afiliasi atau divisi
Suatu
pola pemindahan dana antar perusahaan atau divisi mungkin menunjukkan pinjaman
yang tidak diotorisasi, penutupan kekurangan, atau pengendalian yang tidak
memadai atas dana.
6.
Perubahan
auditor luar.
Dalam
kasus tertentu, perubahan auditor luar dapat menunjukkan perbedaan opini
mengenai metode yang sesuai dalam menangani transaksi tertentu. Mungkin
terdapat suatu keengganan dari manajemen untuk mengungkapkan masalah atas
kejadian yang penting.
7.
Biaya konsultan
atau honor legal yang berlebihan
Hal
ini dapat merupakan indikasi adanya penyalahgunaan dalam memperoleh jasa yang
dilakukan diluar, favoritisme, dan masalah yang tidak diungkapkan dalam
organisasi yang memerlukan pekerjaan legal ekstensif.
8.
Kecenderungan
yang menurun dalam angka dan rasio financial
Kecenderungan
yang menurun dapat merupakan gejala kerugian yang signifikan, pengalihan dana
dan sumber daya, dan pengendalian yang tidak memadai atas operasi.
9.
Benturan
kepentingan (Conflict of interest)
Benturan
kepentingan yang dilaporkan Auditor harus sadar mengenai desas-desus atau
alasan-alasan dari pertentangan kepentingan yang berhubungan dengan pemekerjaan
luar, pengaturan pemasok, dan hubungan antara karyawan. Transaksi perusahaan
dengan pejabat atau karyawan harus secara hati-hati diteliti dengan cermat.
10.
Kekurangan yang
tidak dapat dijelaskan dalam aktiva fisik.
Penyimpanan
fisik yang tidak memadai dapat mengakibatkan pencurian atau pengalihan aktiva
yang lain. Kekurangan dalam aktiva harus dianalisis secara teliti untuk menentukan
penggunaan aktiva tersebut.
11.
Penurunan dalam
kinerja.
Salah
satu divisi perusahaan dapat kurang berprestasi dibandingkan dengan divisi
lain. Lagipula, mungkin terjadi suatu penurunan dalam kinerja dari pengalaman
sebelumnya. Alasan harus ditentukan untuk indikasi atas pengelolaan yang buruk
atau adanya kemungkinan perbuatan yang salah.
12.
Pengendalian
manajemen oleh sedikit individual.
Dominasi
dari organisasi oleh satu atau sedikit individual dapat menciptakan kesempatan
untuk pengalihan aktiva atau manipulasi yang lain.
13.
Kesulitan
penagihan.
Masalah
dalam menagih piutang dagang harus dianalisis untuk menentukan apakah terdapat
penjualan yang fiktif atau pengalihan dana yang diterima dari penagihan.
14.
Banyak Akun Bank
Penggunaan
banyak akun bank melebihi apa yang secara normal diperlukan mungkin menunjukkan
pengalihan dana atau penutupan transaksi yang illegal.
15.
Laporan yang
terlambat.
Laporan
mungkin selalu terlambat disampaikan karena penyusun laporan dapat memanipulasi
data untuk menutup tindakan curang.
16.
Copy digunakan
untuk pembayaran kepada kreditur.
Daripada
menggunakan pembayaran berdasarkan faktur orisinil/asli, copy dapat digunakan
untuk menutup pembayaran ganda dan pembayaran kembali (kickback).
17.
Kekurangan,
kelebihan dan kondisi yang tidak seimbang.
Hal
diatas dapat merupakan gejala dari suatu masalah yang lebih besar dan
penjelasan harus diperoleh mengenai penyimpangan/varian tersebut.
18.
Cek atau dokumen
yang ditulis dalam angka bulat.
Misalnya,
suatu cek mungkin tercantum Rp 10.000.000,- atau Rp 3.500.000,- padahal cek
atau dokumen tersebut secara normal diharapkan dalam angka tidak bulat misalnya
Rp 10.000.261,34 atau Rp 3.500.032,28.
5.
KARAKTERISTIK PRIBADI
Kecurangan
ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan
kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang
bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut
dinamakan Red Flag (Fraud Indicators). Meskipun timbulnya Red Flag tersebut tidak selalu merupakan
indikasi adanya kecurangan, namun Red
Flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi.
Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red Flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk
memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut ini adalah tanda peringatan dini dari perilaku pribadi
adalah:
a.
Pribadi atau
kerugian keuangan yang besar
b.
Gaya hidup yang
mahal
c.
Perjudian yang
ekstensif
d.
Investasi yang
abesar
e.
Pemakaian
alkohol atau obat keras yang berlebihan
f.
Masalah pribadi
atau keluarga yang signifikan
g.
Hubungan yang
dekat dengan pelanggan
h.
Kerja lembur
yang berlebihan dan tidak melakukan cuti
i.
Latar belakang
dan referensi yang dipertanyakan
j.
Cuti sakit yang
berlebihan
k.
Perasaan dibayar
tidak sepadan dengan tanggungjawab
l.
Keinginan besar
untuk memukul sistem (beat the syestem)
m.
Peminjaman
reguler dalam jumlah kecil dari teman kerja
n.
Menolak
meninggalkan catatan penyimpanan selama hari yang bersangkutan.
6.
PRAKTIK KECURANGAN YANG UMUM
Kecurangan
secara langsung merupakan suatu produk dari situasi operasional individual,
yang tidak mungkin mencakup semua kemungkinan. Setiap daftar juga harus
mengakui bahwa suatu tipe khusus dari kecurangan mungkin dapat dalam suatu
situasi dan tidak dalam situasi yang lain.
Namun,
berguna untuk menyebutkan satu demi satu tipe kecurangan yang umum, yaitu :
1.
Tidak mencatat
pendapatan
Apabila
seorang karyawan mempunyai pengendalian atas penjualan dan penagihan kas,
secara relatif adalah lebih mudah mengantongi kas tanpa mencatat penjualan. Hal
ini dapat terjadi apabila karyawan menangani penerimaan kas dan juga menangani
pencatatan.
2.
Menyembunyikan
penagihan piutang
Mungkin
terjadi penyembunyian sementara atas penagihan suatu akun, atau mengembangkan jumlah
yang diterima dan kemudian menghapuskan akun sebagai piutang tak tertagih.
Dalam kasus tertentu, kekurangan ditutup dengan menggunakan penerimaan kas yang
baru dan kemudian kekurangan yang belakangan ditutup dengan penerimaan yang
belakangan lagi. Tipe tindakan demikian dikenal sebagai “Lapping”
3.
Pencurian
material
Item
material dan peralatan yang sensitif dengan nilai penjualan kembali yang tinggi
khususnya mudah dicuri, kalau tidak secara baik diamankan. Kerugian pencurian
dapat ditutup dengan penghapusan yang arbitrer, pemindahan antar departemen dan
prosedur penghitungan persediaan yang tidak memadai. Dalam kasus tertentu,
surat pos dipalsukan dan mungkin terjadi kolusi dari petugas keamanan dengan
individual.
4.
Pengalihan
sekuritas/surat berharga
Hal
ini terjadi dalam suatu situasi yaitu terdapat akses yang tidak diotorisasi
atau penyimpan dapat memindahkan sekuritas tanpa dapat dideteksi.
5.
Menambah gaji (Padding Payrolls)
Dalam
situasi tertentu, seorang petugas gaji atau penyelia dapat memasukkan karyawan
yang tidak ada atau yang sudah berhenti dalam daftar gaji, dan kemudian
mendapatkan uang tunai atau cek yang digunakan untuk pembayaran. Dalam contoh
yang lain, petugas gaji dapat melebihi gaji karyawan dan mengantongi kelebihan
gaji tersebut.
6.
Penyalahgunaan
kartu kredit
Kartu
kredit mungkin digunakan untuk melakukan pembelian pribadi atau mungkin
dipinjamkan kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan. Juga biaya yang
dibayar oleh kartu kredit perusahaan dapat secara simultan diklaim dan diganti
melalui cek.
7.
Pemalsuan
dokumen pengeluaran
Pengeluaran
kas dapat didukung oleh dokumen yang palsu atau diubah secara tidak benar.
Tanda terima gudang dapat dipalsukan atau bukti penerimaan barang dapat
dipalsukan. Copy faktur atau penerimaan dapat disampaikan untuk pembayaran
ganda.
8.
Pembayaran untuk
biaya pribadi
Biaya
lain yang sifatnya pribadi dapat disampaikan, yang tidak diotorisasi oleh
perusahaan. Pembayaran tersebut dapat meliputi entertainmen, biaya keluarga,
peralatan yang dibeli untuk penggunaan pribadi, dan biaya perjalanan yang tidak
diotorisasi.
9.
Pembayaran
kembali (Kickbacks) untuk pembelian
Pengaturan
dapat dilakukan dengan pemasok untuk membeli dari mereka dan sebagai imbalan
mendapatkan keuntungan khusus atau uang. Dalam beberapa kasus, pemasok khususnya
menawarkan uang semir kepada petugas departemen pembelian.
10.
Penyalahgunaan
dana kas kecil
Dana
kas kecil dapat digunakan untuk pribadi atau tujuan lain yang tidak
diotorisasi. Dalam kasus tertentu, dokumen pendukung dapat dipalsukan untuk
menutup kekurangan.
11.
Pemindahan
aktiva
Dalam
kasus tertentu mungkin terjadi pemindahan dana antar akun bank dalam berbagai
divisi atau perusahaan afiliasi. Pemindahan dana tersebut mungkin digunakan
untuk mengkamuflasekan pengeluaran atau penggunaan dana yang tidak disetujui.
12.
Potongan yang
berlebihan kepada pelanggan
Dalam
kasus tertentu, potongan atau pengurangan harga penjualan mungkin lebih
dinyatakan (overstated). Juga
pelanggan istimewa mungkin kurang dibebani untuk mendapatkan imbalan balik.
13.
Benturan
kepentingan
Hal
ini dapat terjadi dalam berbagai bagian dari suatu perusahaan, meliputi
keluarga karyawan dengan kepentingan luar, atau berkaitan dengan perusahaan
yang berhubungan.
14.
Sogokan atau
korupsi yang lain
Pembayaran
untuk mendapatkan usaha dapat dilakukan kepada pejabat luar negeri.
15.
Penyalahgunaan
penerimaan
Dengan
melalui cek pelanggan yang masuk, dicatat sebagai hutang kepada seorang
karyawan daripada kepada perusahaan. Karyawan tersebut dapat mencairkan cek dan
mendapatkan dana perusahaan.
7.
KECURANGAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT INTERN
The
Institute of Internal auditors menerbitkan Statement
on Internal Auditing Standars (SIAS No.3) mengenai pencegahan (deterrence), deteksi (detection), penyelidikan (investigation), dan pelaporan (reporting) kecurangan, pada Juni 1985.
konklusi utama dari pernyataan tersebut relative terhadap pencegahan atau
deteksi kecurangan adalah sebagai berikut :
Pencegahan
Kecurangan.
Pencegahan
kecurangan merupakan tanggungjawab manajemen. Pemeriksaan intern
bertanggungjawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari
tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Deteksi atau
Penemuan Kecurangan.
Pemeriksa
intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat
mengidentifikasi idikator kemungkinan terjadinya kecurangan. Pemeriksaan intern
tidak diharapkan mempunyai pengetahuan yang sama seperti seseorang yang
tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan menyelidiki kecurangan. Juga,
prosedur audit sendiri, walaupun dilaksanakan dengan kemahiran professional
secara ermat dan seksama, tidak dapat menjamin bahwa kecurangan akan dapat
dideteksi/ditemukan.
Tanggung
jawab pemeriksaan intern dalam area pengendalian kecurangan dalam prinsip dapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
Dalam penelaan
system untuk membantu menilai sejauhmana pencegahan dan penemuan kecurangan
diberikan pertimbangan yang wajar bersama dengan tujuan operasional yang lain.
2.
Berjaga-jaga
terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas operasi yang dilakukan
oleh personil organisasi termasuk penilaian yang konstruktif tentang kemampuan
manajerial.
3.
Membantu bekerja
sama dengan personil organisasional dan pihak lain yang telah diberikan
tanggungjawab berkaitan dengan penyelidikan dari kecurangan actual atau
dicurigai.
4.
Melaksanakan
penugasan khusus yang berhubungan dengan kecurangan apabila diminta oleh
anggota organisasi yang bertanggungjawab.
Berikut adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan apabila
terdapat indikasi kecurangan dan langkah-langkah di atas juga dapat digunakan
oleh auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan, namun disesuaikan dengan
kondisi yang ada. Misalnya, auditor memperoleh suatu surat pengaduan dengan
identitas yang tidak jelas namun indikasi kecurangan cukup kuat. Dalam hal ini,
auditor boleh jadi tetap melakukan audit kecurangan tanpa harus melakukan
klarifikasi atas identitas pelapor, yaitu:
©
Uji sumber
pengaduan (misal: cek identitas, kredibilitas, kemampuan mengetahui kecurangan
tersebut, dan keandalan dari si pelapor/pengadu)
©
Tentukan apakah
pelapor mengetahui informasi dari tangan pertama (secara pribadi mengetahui
terjadinya kecurangan) atau dari pihak lain
©
Tentukan apa
motif dari pelapor (balas dendam, cemburu, jengkel, uang)
©
Waspada, apabila
pelapor meminta uang sebelum memberi penjelasan lebih jauh (jangan memberikan
uang sebelum informasi yang akurat diberikan dan dikonfirmasi dengan saksi yang
dapat dipercaya dan dengan dokumen)
©
Uji lebih jauh
dugaan kecurangan tersebut dengan sumber independen dan dokumen
©
Jangan mengambil
tindakan disiplin tanpa catatan lengkap mengenai tuduhan kecurangan, termasuk
identitas pelapor dan keterangan tertulisnya (keterangan lisan tidak cukup)
©
Konfirmasi
tuduhan tersebut melalui dokumen dan pengakuan/testimony (tertulis dan
berkaitan dengan) saksi-saksi lain yang mengetahuinya
©
Lakukan
pendekatan dengan pemasok atau pihak-pihak lain yang diduga terlibat untuk
memperoleh jawaban dan kerjasama mereka
©
Lakukan
interview terhadap karyawan yang diduga terlibat untuk mengetahui versinya
mengenai dugaan kecurangan tersebut (misalnya, apakah pemasok yang mengajukan
penawaran atau karyawan yang menetapkan harga dari pemasok)
BAB III
KESIMPULAN
Dalam menjalankan
kegiatan usahanya, perusahaan senantiasa menghadapi berbagai resiko yang
dinamakan resiko bisnis (bussiness risk). Termasuk diantaranya adalah resiko
terjadinya kecurangan (fraud) yang tergolong dalam resiko integritas (Integrity
Risk). Menurut ACFE, kecurangan yang terjadi dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori kecurangan, kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud),
penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), dan korupsi (Corruption).
Tanda-tanda awal (symptoms) biasanya muncul dalam kasus kecurangan, walau
demikian munculnya symptoms tersebut belum berarti telah terjadi kecurangan.
Symptoms ini dikenal dengan nama Red flag, yang seyogyanya dipahami dan
digunakan oleh internal auditor dalam melakukan analisis dan evaluasi lebih
lanjut untuk mendeteksi adanya kecurangan yang mungkin timbul sebelum
dialakuakan investigasi.
Setelah memahami
jenis-jenis kecurangan, internal auditor perlu memahami secara tepat struktur
pengendalian intern yang baik agar dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah
dan mendeteksi kecurangan. Menurut COSO, struktur pengendalian intern terdiri
atas lima komponen, yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment),
Penaksiran Risiko (Risk Assessment), Standar Pengedalian (Control Activities),
Informasi Dan Komunikasi (Information And Communication), serta Pemantauan
(Monitoring). Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan
dengan baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak
berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap
elemen dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dan
mencari kelemahannya.
DAFTAR PUSTAKA