Minggu, 16 Januari 2011

Sejarah Bahasa Indonesia

Diposting oleh Ririe di 22.19

BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.


Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antaretnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting.
Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa Indonesia semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Pada tahun 1930-an muncul polemik apakah bisa bahasa Indonesia yang hanya dipakai sebagai bahasa pergaulan dapat menjadi bahasa di berbagai bidang ilmu. Akhirnya pada tahun 1938 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo. Dalam pertemuan tersebut, semangat anti Belanda sangat kental sehingga melahirkan berbagai istilah ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Istilah belah ketupat, jajaran genjang, merupakan istilah dalam bidang geometri yang lahir dari pertemuan tersebut .
Sehingga sebagai bangsa Indonesia yang besar dan majemuk yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya di seluruh wilayah yang memiliki ciri khas berbeda namun kita dapat dipersatukan dengan adanya prinsip “Bhineka Tunggal Ika” dimana mengandung pengertian, meskipun kita semua berbeda namun kita sebagai satu kesatuan bangsa, bahasa dan negara Indonesia yang berdaulat.

BAB I
SEJARAH BAHASA INDONESIA

1.1.  Asal Usul Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang telah berabad-abad dipakai oleh masyarakat Asia Selatan sebagai bahasa perhubungan. Jon Huggan yang dating ke Indonesia pada akhir abad XVI, menyatakan “…….bahasa Melayu telah masyhur dan dianggap orang bahasa yang sehormat-hormatnya dan sebaik-baiknya dari segala bahasa di Timur”. 9STA, 1957.31). prof. Dr. Husein Djajaningrat mengatakan bahwa bahasa Melayu itu digunakan sebagai lingua franca di Asia Selatan dengan sendirinya, dengan tidak dipaksakan, tetapi secara evolusi perjalanan sejarah yang telah menurut kodrat alam. Demikianlah berabad-abad lamanya bahasa Melayu itu bukan kepunyaan suku Melayu saja tetapi dipakai oleh seluruh masyarakat Asia Selatan. Jadi, lahirnya bahasa Indonesia bukan sesuatu yang sekonyong-konyong jatuh dari langit atau keluar dari kepundan gunung berapi, tetapi sebagai sesuatu yang logis dari masa yang silam.
Bahasa Melayu sama dengan bahasa-bahasa Indonesia lainnya yang ± 700 bahasa daerah yang ada di Indonesia (Pusat Bahasa, 1988). Bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia yang berasal dari rumpun bahasa Austria.
            Rumpun bahasa Austronesia itu disebut bahasa Nusantara : yaitu bahasa-bahasa yang ada di antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia. Bahasa Nusantara itu luas daerahnya. Di Utara berbatas dengan Formosa (Taiwan), di Selatan berbatas dengan Selandia Baru, di Timur berbatas Hawai, pulau-pulau Paas di Barat berbatas dengan Madagaskar. Secara politik bahasa Indonesia yaitu bahasa Nasional Indonesia yang ada di wilayah Indonesia yaitu dari Sabang hingga Merauke. Dari sejarah bahasa Indonesia di atas dibuat definisi bahasa Indonesia yaitu “Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan yang setelah bangkitnya pergerakan kebangsaan rakyat Indonesia pada permulaan abad kedua puluh dengan insaf diangkat dan dijunjung ssebagai bahasa persatuan”. (STA, 1957 : 35)
           

Lahirnya Bahasa Indonesia
            Banyak pendapat tentang bila adanya bahasa Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia dan sastranya baru ada tahun 1908, 1920, 1928, 1933 dan 1945. bahasa Indonesia dan sastranya ada sejak tahun 1908 karena pada tahun itulah organisasi social yang menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yaitu Budi Utomo dipimpin oleh Sutomo Cipto Mangunkusuma, pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan 20 Mei 1908 sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Jadi, kalau kita mengakui bahwa unsure nasional merupakan hal yang penting untuk menetapkan bila adanya bahasa Indonesia, maka tidak boleh tidak tahun 1908 yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari Kebangkitan Nasional, kita terapkan pula di bidang bahasa (Akta V-B, Buku II : 1982 : 4). Bahasa Indonesia dan sastranya ada sejak tahun 1920, karena pada tahun inilah muncul karya-karya asli karangan orang Indonesia sendiri seperti Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar, Siti Nurbaya oleh Mara Rusli. Pada tahun inilah aktivitas Balai Pustaka dimulai dengan terbitan  buku-buku roman penulis-penulis Indonesia dengan memakai bahasa Indonesia, aktivitas kesusasteraan yang sebelumnya berada di Malaysia, pindah ke Jakarta. Sejak tahun itulah ada bahasa Indonesia sebagai alat untuk menyatakan sastra Indonesia.
            Bahasa Indonesia dan sastranya ada sejak tahun 1928, karena pada tahun itu (28 Oktober) dicetuskan Sumpah Pemuda yang merupakan ikrar para pemuda dari seluruh Nusantara. “Prof. Dr. A. Teewu mengatakan 28 Oktober 1928 ini sebagai saat pembaptisan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. (Akta V-B. Buku II, 1982 : 4). Bahasa Indonesia dan sastranya ada sejak tahun 1933, karena pada tahun itu terbit majalah Pujangga Baru yang terang-terangan hendak memajukan bahasa dan kebudayaan Indonesia. Penulis majalah itu sastrawan Angkatan Pujangga Baru seperti : S.T.Alisyahbana, Amir Hamzah dan Armyn Pane.
            Bahasa Indonesia dan sastranya ada sejak tahun 1945 karena bahasa Indonesia resmi dicantumkan dalam UUD 1945 pada tahun itu, yakni pada Bab XV, pasal 36, yang berbunyi : “BAhasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia sekaligus sebagai bahasa resmi dan bahasa nasional. Bahasa Indonesia termasuk bangsa yang beruntung dan pantas berbangga karena memiliki bahasa nasional yang sekaligus menjadi bahasa resminya. Tidak pernah terjadi percekcokan, pertengkaran tentang bahasa nasional, seperti di Negara-negara lain.

1.2.  Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Periode Abad 6, 15, 16, 19.
1.      Periode Abad VIIS
Bahasa Melayu tertua yang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau ada di atas empat batu bersurat peninggalan kerajaan Sriwijaya. Di Palembang terdapat prasasti kedukan Bukit dan Talang Tuwo yang bertanggal tahun syaka 604 dan 605 atau 682 dan 683 masehi. Di Bangka Barat terdapat prasasti Karang Beralis bertanggal tahun syaka 608 dan 686 masehi. Di Bangka Barat terdapat prasasti kota kapur yang bertanggal tahun syaka 608 atau 686 masehi.
Berdasarkan batu bertulis tersebut bahasa Melayu sudah dipakai jauh sebelum abad keenam di Sriwijaya. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa kebudayaan. I tsing orang Tionghoa yang lama bermukim di Sriwijaya mempelajari agama membuktikan hal ini. Jadi penyebaran bahasa Melayu berlanjut turut sebagai lingua franca di nusantara.

2.      Periode Abad XIV
Kerajaan Malaka pada abad ke 14 berhasil memerdekakan dirinya dari kerajaan Sriwijaya dan sudah memeluk agama Islam. Kerajaan Malaka mengalami kemajuan yang pesat karena (1) letaknya pada jalur pelayaran antara laut Cina Selatan dan Selat Malaka, (2)Merupakan pintu pelayaran dan perdagangan antara Timur dan Barat, (3) Bandar-bandar dan kesusasteraan Melayu pun berkembang dipengaruhi untuk Arab. Gujrat dan Parti tahun 1511 Malaka ditaklukkan Portugis. Tahun 1530 Johor membina kesusasteraan Melayu yang sudah pernah waktu kedatangan Portugis.
Perkembangan agama Islam di Indonesia mula-lmula melalui perdagangan dan bahasa Melayu sebagai pengantarnya. Jadi, waktu orang Eropa dating ke Indonesia mereka sudah mempunyai bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan di seluruh nusantara.

3.      Periode Abad XVI
Kerajaan Johor berkembang sejarah Melayu ditulis Tuan Mahmud Sri Lamong gelar Bendahara Paduka Raja tahun 1616.
Tahun 1600 VOC (Vereenigde Oast Indische Compagnie) perusahaan dagang Belanda menjajah Indonesia dan mengembangkan agama Kristen. Mereka mendirikan sekolah-sekolah yang bahasa pengantarnya bahasa Melayu. Di Malaka juga bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar. Portugis menguasai Maluku, digunakan bahasa Portugis. Bangsa Belanda mengusir orang Portugis dari Maluku, dijadikan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah tetapi tidak berhasil. Akhirnya digunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar/sesuai Dr. I.I.Brugman dalam bukunya Geschiendenis dan Ket Ouderwijs in Nederlandchis Indie mengatakan di Ambon digunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

4.      Periode Abad XIX
Pada abad 19 Rakyat Indonesia sangat menderita karena tanaman paksa, dan timbullah aliran etik dalam politik penjajahan Belanda di Indonesia. Pendidikan dan pengajaran bahasa Belanda diperluas agar rakyat Indonesia mampu menguasai ilmu pengetahuan barat. Namun bahasa Melayu tetap digunakan sebagai bahasa perhubungan.
Awal abad 19 Abdullah bin Abdulkadir Munsi menulis Hikayat Abdullah syair Singapur demikian tapi sebagai pembaharu sastra Melayu yang tidak isana sentries. Tahun 1890 Prof.Keru mengatakan supaya bahasa Belanda diajarkan kepada rakyat Indonesia, dan pada pidatonya yang kedua pada tahun itu juga berdirilah Algumeen Nederlandch Verhank yang mempropagandakan bahasa Belanda. Hal ini tidak disetujui Belanda, mereka sahut rakyat Indonesia pintar-pintar dan akan melawan Belanda.

1.3.  Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Periode Abad 20
Pada awal abad 20 mulailah masa perkembangan bahasa Melayu menuju kebahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang ditambah dengan unsure-unsur sesuai dengan bahasa Indonesia dan dikurangi dengan unsure-unsur yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia. Rumusnya :
BI        = BX + X – Y
BI        = Bahasa Indonesia
BM      = Bahasa Melayu
X         = Unsur-unsur yang sesuai dengan bahasa Indonesia
Y         = Unsur-unsur yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia
Kesimpulan rumus di atas bahwa bahasa Indonesia tidak sama dengan bahasa melayu (BI + BM) sebab (BI = BM + X – Y) dan tidak berbeda dengan bahasa Melayu, tapi bahasa Indonesia itu identik dengan bahasa Melayu.
Periode abad 20 ini dibagi atas periode 1901, 1928, 1933, 1940, 1950, 1966, dan 1988.

1.      Periode Tahun 1901

Tahun 1901 Ch dan Ophusen dengan Engbu Nawasi gelar Sutan Makmur, dan Muhammad Tabib Sutan Ibrakan atas perintah pemerintah Belanda menyusun ejaan resmi bahasa Melayu yang dimuat dalam kitab Logat Melayu dengan nama ejaan van ophuysen. Ejaan ini banyak dipengaruhi ejaan Belanda. Tanda-tanda seperti koma ain, koma wasia, tanda terima sulit untuk dibuat.
Tahun 1908 Budi Utomo berdiri dan menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diringankan. Bagi anak-anak yang ingin melanjutkan pelajarannya ke sekolah yang berbahasa Belanda agar didirikan sekolah-sekolah khusus. Barulah tahun 1914 tuntutan ini dilaksanakan. Berdirilah HIS (Hollansch Inlandsche School) yang bahasa pengantarnya bahasa Belanda lama sekolah 7 tahun, setelah tamat boleh melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Dr.G.I.Niewenhuis menuntut pemakaian bahasa Belanda dis seolah-sekolah dan menolak pemakaian bahasa Melayu dalam masyarakat Indonesia sampai tahun 1930. Pengaruh Nicuwenkuis ini amat besar, tetapi sebagian orang Belanda menentang Nicuwenkuis.
Kaum intelek Indonesia melihat pemakaian bahasa Belanda menjauhkan mereka dari rakyat Indonesia, maka mereka menggunakan bahasa Melayu sebagai pemersatu tahun 1918 anggota Dewan Rakyat yang terpilih dari rakyat Indonesia mengajukan agar bahasa yang digunakan di Dewan Rakyat adalah bahasa Indonesia.
Tahun 1912 Sarekat Islam berdiri dan menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, Sarekat Islam memegang peranan penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Tahun 1908 Dr. G.A.I.Haheeu memimpin comaussie Noor de volkslectuur yang kemudian bernama Balai Pustaka tahun 1917. Badan ini menerbitkan buku-buku dalam bahasa Melayu bahasa daerah, dan majalah Panji pustaka yang berbahasa Melayu, kejawen yang berbahasa Jawa. Tahun 1918 atas usaha Balai Pustaka berdiri Taman Bacaan yang pertama yang berbahasa Melayu.
Hasil Taman Bacaan ini ialah membuat orang Indonesia gemar membaca buku berbahasa Melayu, dan mengarang buku dalam bahasa Melayu, dan mengarang buku dalam bahasa Melayu, seperti Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar, Siti Nurbaya oleh Marah Rusli. Jadi, peran Balai Pustaka dalam perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia adalah memberikan kesempatan kepada para pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita dalam bahasa Melayu, memberikan kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa Melayu; menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat dan memperkaya dan memperbaiki bahasa Melayu.

2.      Periode Tahun 1928
Pemakaian bahasa Melayu makin meluas akibat usaha dan gemblengan kaum muda terpelajar dan bertambahnya kesadaran nasional pada rakyat Indonesia. Puncaknya terjadi di Jakarta pada Kongres Pemuda, 28 Oktober 1928 dipimpin oleh Muhammad Yunus, para pemuda berikrar menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia, dan pertama kali secara resmi bahasa Melayu diganti namanya menjadi Bahasa Indonesia. Sumpah pemuda berbunyi :
Pertama            :  Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Kedua              :  Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia.
Ketiga              :  Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi, bahasa kesatuan, bahasa Indonesia.
            Dengan resminya bahasa Indonesia menjadi bahasa nusantara di Indonesia, muncullah pengarang-pengarang ; I Gusti Panji Tisai dari Bali dengan berkarya I Swasta setahun di Bendahulu, Sukreni gadis Bali, Ni Rawat ceti penjual Orang, Dewi Karunia, Silade Widiadi, M.R.Doyok dari Miadhasa dan Paulus Supiet, L.Wairata dari Seram Maluku, Haji oseng Muntu dari Sulawesi Selatan dan Sutomo Johor Arifin dari Jawa.

3.      Periode Tahun 1933 (Pujangga Baru)
Karena adanya gejolak nasionalisme melalui karya sastra, maka Belanda sangat ketat menyensor karya sastra yang berbau semangat perjuangan. Akhirnya yang diterbitkan karya yang bersifat hiburan. Karena itu para pengarang mendirikan organisasi pujangga Baru yang diambil dari nama majalah yang diterbitkan pada tanggal 29 Juli 1933 yang dipimpin oleh S.T.Alisyahbana, Amir Hamzah, Armyn Pane, dan Sanusi Pane. Mereka bebas dari sasaran Belanda, penguasa pujangga baru banyak dipengaruhi Barat tetapi S.T.Alisyahbana, Armyn Pane, J.E.Tatengkeng, Hamka dipengaruhi pujangga Mesir Al Mantaluthi, Sanusi Pane dipengaruhi India sifat-sifat sastra Pujangga Baru sangat dinamis, bercorak romantic idealistik, bahasanya bahasa Melayu modern. Bentuk puisinya Soneta, prosanya bertema perjuangan kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan. Bukunya layar terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan lain-lain.

4.      Periode Tahun 1942 Zaman Jepang
Para pengarang berkumpul dalam satu wadah kuimin bunda shidascho (pusat kebudayaan). Jepang berjanji yang menyenangkan, padahal yang sebenarnya pengekangan terhadap berkarya. Akhirnya timbul kebencian yang mendalam terhadap Jepang. Hasil karya pada zaman itu realistis dan kritis. Banyak karya yang bersifat simbolik. Pujangga pada zaman ini ialah Usmar ismail dengan karyanya Api, Citra, Liburan Seniman, Kita berjuang dan lain-lain. Rosihan Anwar puisi “Lukisan kepada prajurit, Maria Amin, Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Dohan Manggu, dan sebagainya. Masa jepang merupakan masa kematangan jiwa revolusi bangsa Indonesia yang pecah tahun 1945. tanggal 25-29 Juni 1938 Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Ada 10 kertas kerja yang dibahas yaitu :
  1. Sejarah Bahasa Indonesia oleh Sanusi Pane
  2. Bahasa Indonesia di dalam pergaulan Ki Hajar Dewantara
  3. Bahasa Indonesia di dalam disuratakabaran oleh Jamaluddin Negara
  4. Menyesuaikan kata dah tahun asing oleh Mr.Amir Syarifuddin
  5. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan dan bahasa kebudayaan oleh Mr. M. Yamin.
  6. Bahasa Indonesia dalam Badan Perwakilan oleh sukardjo Wirjopranoto
  7. Pembaharuan bahasa dan usaha mengaturnya oleh Sutan Takdir Alisyahbana
  8. Dalil-dalil tentang Ejaan Bahasa Indonesia oleh K. St. Pamoentjak
  9. Institut Bahasa Indonesia oleh Sanusi Pane
  10. menciptakan penyebaran Bahasa Indonesia oleh M. Tabrani

Komite Kongres Bahasa Indonesia I
Ketua kehormatan                    : Prof. Dr. Husein Djajadiningrat
Ketua                                       : Dr. Porbatjaraka
Wakil Ketua                             : Mr. Amir Syarifuddin
Penulis                                      : Soemanang, SH
                                                  Armin Pane
                                                  Katja Soengkana
Bendahara                                : Soegiarti
                                                  Ng. Mr. Sauntoro Maria Ulfah
Kesimpulan kongres tersebut :
  1. Mendirikan suatu lembaga atau universitas untuk bahasa Indonesia
  2. Menentukan dan membakukan istilah-istilah ilmu pengetahuan
  3. Membuat ejaan baru untuk bahasa Indonesia
  4. Menentukan tata bahasa baru yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terdapat dalam bahasa Indonesia
  5. Menuntut supaya bahasa Indonesia dijadikan bahasa undang-undang dan bahasa pengantar dalam Dewan Perwakilan rakyat

5.      Periode Tahun 1945
Indonesia diduduki Jepang tahun 1942 dan berusaha melenyapkan segala sesuatu yang berbau kolonialis berat termasuk pemakaian bahasa Belanda. Mereka memaksakan pemakaian bahasa Jepang untuk memenangkan perang Dai Toa.
Usaha ini tidak berhasil, untuk melaksanakan propagandanya dipakai bahasa Indonesia. Banyak perkumpulan sandiwara muncul, lagu-lagu perjuangan melawan Amerika banyak digubah rakyat diperas, bahasa Indonesia tersebar luas. Tanggal 20 Oktober 1942 Kantor Pengajaran Bala tentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia. Tugasnya untuk menentukan terminologi yang dapat mengungkapkan hasil kebudayaan modern dan menyusun tata bahasa yang normatif. Menjelang akhir pendudukan Jepang sudah ada ± 7000 istilah ditetapkan dari berbagai bidang ilmu. Bahasa Indonesia berkembang terus. Tanggal 17 Agustus 1945 bahasa Indonesia dipakai dalam teks proklamasi menyatakan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 dicantumkan dalam UUD 1945, Bab XV pasal 36 yang berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Tahun 1945 banyak pengarang yang ikut memperjuangkan Indonesia merdeka diataranya Khairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Usmar Ismail dll. Rosihan Anwar memberikan nama pada mereka sebagai pengarang angkatan 45 yang dimuat majalah siasat tanggal 9-1-1945.
Patokan angkatan 45 adalah :
  1. Wujud pernyataan pikiran lebih dipentingkan
  2. Kepribadian seseorang hendaknya menjadi pegangan dan ukuran nilai mencipta
  3. Nilai-nilai baru harus ditempatkan, setelah nilai-nilai lama dihancurkan
  4. Pencipta harus mempunyai kebebasan penuh dalam penciptaannya.
  5. Tekanan difokuskan kepada kebudayaan dunia harus bersifat universal

6.      Periode Tahun 1950
Periode ini merupakan lanjutan dari periode 45 dan merupakan survival, penyelamat setelah melalui masa-masa kegoncangan.
Ciri-ciri sastra periode 50 antara lain ;
  1. Kegiatan sastra sudah meluas ke seluruh pelosok Indonesia, tidak hanya terpusat di Jakarta atau Yogyakarta saja.
  2. Lebih banyak diungkapkan kebudayaan daerah untuk mencapai perwujudan sastra nasional Indonesia
  3. Penilaian keindahan dalam sastra tidak didasarkan pada kekuatan asing, tetapi peleburan antara ilmu dengan pengetahuan asing dengan berdasarkan kepada perasaan dan ukuran nasional
Menurut Nugroho Notosusanto sastrawan periode 50 belajar pada Khairil Anwar dan sitor, orientasinya lebih luas meliputi dunia. Tanggal 1 April 1947 dengan keputusan Menteri P dan K No. 264/Bhg. A tanggal 19 Maret 1947 berlakulah ejaan Republik atau ejaan Soewandi dengan tujuan penyederhanaan demi kemudahan. Tanggal 28 Oktober 1954-2 November 1954 dibuka Presiden Soekarno di gedung kesenian Jalan Bali Medan Kongres Bahasa Indonesia II ada 11 kertas kerja yang dibahas.

7.      Periode Tahun 1966
Angkatan 66 adalah suatu generasi baru yang melakukan pendobrakan yang disebabkan oleh penyelewengan-penyelewengan secara besar-besaran yang membawa Negara ke jurang kehancuran momentumnya menegakkan keadilan.
Angkatan 66 lahir karena :
  1. Karena politik dan memperhitungkan politik
  2. Karyanya bernadakan keadilan
  3. Menegaskan Pancasila sebagai falsafah kebudayaan
  4. Lahir sebagai akibat penindasan hak asasi manusia
  5. Berorientasi ke dalam negeri (kebudayaan daerah)
  6. Karyanya bersifat realistis, naturalis, dan ekristensialistis
  7. Merupakan wadah untuk para sastrawan, ahli kebudayaan, seniman, dan pelukis.

Tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Suharto di depan siding DPR diresmikan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan berdasarkan keputusan Presiden no. 57 tahun 1972. sebelum ejaan ini diresmikan pada Kongres Bahasa Indonesia II di Medan diputuskan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Hasilnya ialah Konsep Ejaan Pembaharuan yangs elesai tahun 1957 dan konsep ejaan Melayu-Indonesia (Malindo tahun 1959) kedua konsep ini tidak pernah dilaksanakan.
Tanggal 28 Oktober-3 November 1978 dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 50 di Jakarta III. Tujuannya memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional sesuai dengan isi dan semangat sumpah pemuda 1928, maupun sebagai bahasa Negara sesuai dengan Bab V, pasal 36 UUD 45 dibahas secara mendalam fungsi bahasa Indonesia sebagais arena pemersatu bangsa Indonesia dan sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia dan sebagai sarana perkembnagan antar daerah dan antar budaya di Indonesia. Empat puluh sembilan kertas kerja yang dibahas.
Tanggal 21-26 November 1983 Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim.
Di dalam GBHN, yang dituangkan di dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1983, yang menggariskan bahasa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan kewajiban penggunaannya secara baik dan benar dan pembinaan bahasa daerah dilakukan dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia dan khasanah kebudayaan nasional sebagai salah satu identitas nasional diperhatikan pula segenap pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai masalah bahasa dan sastra yang tercermin di dalam Sumpah Pemuda 1928. kongres I, II, III, seminar-seminar, symposium-simposium bahasa Indonesia dan di dalam hubungan Hari Sumpah Pemuda ke-55 dipandang perlu menyelenggarakan Kongres Bahasa Indonesia dengan tujuan memantapkan kedudkan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional. Tema kongres ini ialah “Dengan bahasa Indonesia sebagais arena kita sukseskan pembangunan nasional”. Ada 53 kertas kerja yang dibahas.

8.      Periode Tahun 1988
Hal-hal yang penting dalam periode ini ialah :
  1. Enam puluh tahun Sumpah Pemuda
  2. Kongres Bahasa Indonesia V
  3. Diterbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
  4. Diterbitkan buku Tata Bahasa Baku. Bahasa Indonesia yang dilampiri dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, edisi kedua berdasarkan keputusan Mendikbud RI, Nomor 0543a/u/1978 tanggal 9 September 1987; Pedoman Umum Pembentukan Istilah, edisi kedua berdasarkan keputusan Mendikbud No. 0389/u/1988 tanggal 11 Agustus 1988.

Kongres Bahasa Indonesia V yang diselenggarakan di Jakarta dan Pembukaannya di Istana Negara pada hari Jum,at 28 Oktober 1988 dan siding-sidangnya di Hotel Kartika Chandra berlangsung hingga Kamis 3 November 1988 dibuka oleh Presiden Suharto dan ditutup oleh Mendikbud Prof. Dr. Fuad Hasan dalam suasana peringatan Sumpah Pemuda ke-60. Temanya Menjunjung Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa kesatuan Dalam Konteks Pembangunan Nasional, dengan subtema (1) Peningkatan mutu dan peran Indonesia memperlancar usaha pencerdasan bangsa, (2) Bahasa Indonesia merupakan sarana pencerdasan bangsa, (3) Bahasa Indonesia merupakan sarana pemantapan pembangunan dan ketahanan nasional, (4) Kemampuan berbahasa Indonesia merupakan jembatan menuju kesejahteraan yang adil dan merata. Ada 75 buah kertas kerja yang dibahas.

 2. CIRI – CIRI BAHASA INDONESIA
Karena wilayah pemakaiannya yang amat luas dan penuturnya yang beragam, bahasa Indonesia pun mempunyai banyak ragam. Berbagai ragam bahasa itu tetap disebut sebagai bahasa Indonesia karena semua ragam tersebut memiliki beberapa kesamaan ciri. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan tata makna pada umumnya sama. Itulah sebabnya kita dapat saling memahami orang lain yang berbahasa Indonesia dengan ragam berbeda walaupun kita melihat ada perbedaan perwujudan bahasa Indonesianya.
Di samping ragam yang berdasar wilayah penuturnya, ada beberapa ragam lain dengan dasar yang berbeda, dengan demikian kita mengenal bermacam ragam bahasa Indonesia (ragam formal, tulis, lisan, bidang, dan sebagainya); selain itu ada pula ragam bidang yang lazim disebut sebagai laras bahasa. Yang menjadi pusat perhatian kita dalam menulis di media masa adalah “bahasa Indonesia ragam baku”, atau disingkat “bahasa Indonesia baku”. Namun demikian, tidaklah sederhana memerikan apa yang disebut “ragam baku
Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan.  Pengembangan ragam bahasa Indonesia memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
  1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
  2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal
  3. Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.

3. 2.  KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Bahasa adalah alat komunikasi social baik secara lisan dan tulisan. Bahasa selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa.
            Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa kesatuan, bahasa resmi, bahasa nasional dan bahasa Negara.
  1. Bahasa kesatuan adalah bahasa yang telah menjadi satu. Bahasa persatuan ialah bahasa yang berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di Indonesia.
  2. Bahasa resmi ialah bahasa yang telah disahkan, ada dalam undang-undang atau peraturan pemerintah. Jadi, bahasa yang telah disahkan  dan dipakai dalam administrasi pemerintahan, rapat-rapat, di sekolah-sekolah, dalam pertemuan-pertemuan resmi dan lain-lain.
  3. Bahasa nasional ialah bahasa yang digunakan sebagai wahana untuk menyatakan aspirasi kebangsaan.
  4. Bahasa Negara ialah bahasa suatu bangsa yang mempunyai pemerintahan. Untuk bahasa Indonesia keempat penamaan diatas sama-sama dipergunakan.

Sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan UUD 1945 (Bab XV, Pasal 36), bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara/Resmi.

  1. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
hasil perumusan seminar politik bahasa nasional di Jakarta, 25-28 pebruari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a)      Lambang kebanggaan nasional. Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai social budaya luhur bangsa Indonesia, karena itu kita harus bangga, menjunjungnya, dan mempertahankannya. Kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
b)      Lambang indentitas nasional. Bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena itu harus kita jaga jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya.
c)      Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social budaya dan bahasanya. Hal ini memungkinkan masyarakat Indonesia dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan cita-cita, dan rasa nasib yang sama.
d)      Alat perhubungan antarbudaya, antardaerah. Dengan menggunakan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan.


  1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dengan Bahasa Negara/Resmi
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimuali sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. pemakaian bahasa Indonesia digunakan dalam gerakan kebangsaan, dalam penerbitan-penerbitan untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahasa persatuan, dan sastra.
Hal-hal yang menentukan satu bahasa menjadi bahasa Negara ialah:
a)      Bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk Negara itu.
b)      Secara geografis bahasa itu lebih menyeluruh penyebarannya.
c)      Bahasa itu diterima oleh seluruh penduduk Negara itu.
Ketiga factor itu sudah dimiliki bahasa Indonesia jauh sebelum 1928 dan sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, pemersatu bangsa Indonesia.
Sebagai bahasa Negara bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
  1. Bahasa resmi kenegaraan. Bahasa Indonesia digunakan dalam teks proklamasi kemerdekaaan Indonesia R.I 1945. mulai sejak itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala upacara peristiwa, kegiatan kenegaraan keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, surat-surat yang dikeluarkan pemerintah dan laembaga-lembaga.
  2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan  mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
  3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. Bahasa Indonesia digunakan dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
  4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Kebudayaan yang beragam-ragam dapat disebarluaskan. Penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku pelajaran, majalah ilmiah dan media cetak lainnya menggunakan bahasa Indonesia.

1 komentar on "Sejarah Bahasa Indonesia"

Laskar Pena on 10 Juli 2018 pukul 19.45 mengatakan...

Thanks kak, Mampir juga ke blog saya https://dewirima6.blogspot.com/2018/07/perkembangan-bahasa-indonesia-abad-20.html

Posting Komentar

 

Kumpulan Makalah RiRi Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal